Kalau bicara soal kuliner tradisional Jawa Tengah, pasti banyak yang teringat dengan makanan sederhana tapi rasanya nggak pernah gagal bikin kangen. Salah satunya adalah Kluban Pindang Tetel. Nama makanan ini mungkin terdengar unik, bahkan agak asing bagi sebagian orang, terutama yang bukan dari daerah Pekalongan, Batang, atau sekitarnya. Padahal, bagi masyarakat setempat, hidangan ini adalah salah satu menu rumahan yang penuh nostalgia.
Lalu, apa sih sebenarnya Kluban Pindang Tetel itu? Mari kita bahas dari awal.
Secara sederhana, Kluban Pindang Tetel adalah hidangan tradisional berupa campuran sayur-sayuran segar (kluban) yang disajikan bersama kuah gurih berbumbu pindang tetel. Kata kluban sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti sayuran rebus yang dicampur jadi satu, mirip urap tapi biasanya tanpa parutan kelapa. Sedangkan pindang tetel adalah kuah hasil rebusan daging sapi berlemak (biasanya bagian tetelan) yang dimasak dengan bumbu rempah sederhana namun menghasilkan rasa gurih yang khas.
Gabungan keduanya menghasilkan paduan rasa yang unik: ada kesegaran dari sayur, gurih kuah pindang, serta sensasi hangat dari tetelan sapi.
Tidak ada catatan pasti sejak kapan makanan ini ada, tapi banyak yang percaya Kluban Pindang Tetel sudah menjadi makanan rakyat sejak puluhan tahun lalu. Makanan ini lahir dari kearifan lokal masyarakat Jawa yang gemar memanfaatkan bahan seadanya.
Dulu, tetelan sapi bukanlah bagian daging yang dianggap istimewa. Justru karena banyak lemak dan urat, harganya murah. Masyarakat kemudian mengolah tetelan menjadi kuah pindang yang gurih, lalu dicampur dengan sayuran rebus dari kebun seperti bayam, kangkung, kacang panjang, atau daun pepaya. Jadilah hidangan sederhana yang bergizi sekaligus mengenyangkan.
Kini, meskipun bahan makanan semakin beragam, Kluban Pindang Tetel tetap bertahan dan bahkan menjadi ikon kuliner khas di beberapa daerah Jawa Tengah, terutama di Kabupaten Batang dan sekitarnya.
Kalau dilihat sekilas, cara membuat Kluban Pindang Tetel ini sederhana. Namun, di balik kesederhanaannya, rasa gurihnya sangat dalam. Berikut gambaran umum bahan dan prosesnya:
Bayam atau kangkung
Kacang panjang
Daun singkong atau daun pepaya muda
Tauge
Kubis
Sayuran ini direbus sebentar saja, agar tetap segar dan renyah, lalu ditiriskan.
Tetelan sapi (bagian daging berlemak, urat, atau bagian kecil daging yang menempel pada tulang)
Bawang merah dan bawang putih
Ketumbar, merica, dan kemiri
Daun salam dan lengkuas
Garam dan gula secukupnya
Tetelan sapi direbus hingga empuk bersama bumbu halus dan rempah. Hasilnya adalah kuah gurih beraroma khas yang menjadi jiwa dari hidangan ini.
Sayur rebus ditata di piring, lalu disiram dengan kuah pindang tetel beserta potongan dagingnya. Biasanya disajikan bersama nasi hangat dan sambal terasi biar makin mantap.
Kalau biasanya urap identik dengan rasa gurih parutan kelapa, Kluban Pindang Tetel justru menawarkan sensasi berbeda. Sayur rebus yang netral terasa hidup ketika disiram kuah pindang yang gurih, sedikit berlemak, dan harum rempah.
Potongan tetelan menambah tekstur kenyal sekaligus gurih alami dari daging sapi. Kuahnya tidak sekuat rawon atau soto, tapi justru itulah yang bikin nagih. Rasanya ringan, segar, namun cukup kaya untuk disantap sebagai lauk utama.
Ditambah sambal terasi, rasanya makin nendang: pedas, gurih, segar, dan bikin keringat keluar. Cocok banget dinikmati saat makan siang di rumah atau di warung sederhana di pinggir jalan.
Makanan ini bukan sekadar soal rasa, tapi juga mencerminkan gaya hidup masyarakat Jawa yang sederhana. Kluban melambangkan kesegaran alam dan hasil bumi, sementara pindang tetel menunjukkan kebijaksanaan dalam memanfaatkan bahan yang ada, bahkan bagian daging yang dianggap kurang berharga sekalipun.
Ada filosofi kebersamaan juga di balik hidangan ini. Dulu, Kluban Pindang Tetel sering dimasak untuk acara keluarga atau hajatan kecil, di mana semua orang bisa menikmati sepiring hangat nasi, sayur, dan kuah gurih bersama-sama.
Saat ini, Kluban Pindang Tetel bisa ditemukan di warung-warung makan tradisional di daerah Batang, Pekalongan, dan sekitarnya. Harganya relatif terjangkau, cocok untuk menu sarapan maupun makan siang.
Beberapa rumah makan bahkan menjadikannya menu andalan untuk menarik wisatawan kuliner. Banyak perantau asal Batang atau Pekalongan yang saat pulang kampung selalu mencari hidangan ini sebagai obat rindu kampung halaman.
Kluban Pindang Tetel memang bukan makanan mewah, tapi justru di situlah letak istimewanya. Dari bahan sederhana, tercipta hidangan yang menyehatkan, mengenyangkan, sekaligus penuh makna budaya. Rasanya yang gurih dan segar bikin siapa pun mudah jatuh cinta sejak suapan pertama.
Kalau Anda berkesempatan berkunjung ke Batang atau Pekalongan, jangan lupa sempatkan mencicipi kuliner khas ini. Karena sekali mencobanya, bisa jadi Kluban Pindang Tetel akan jadi salah satu makanan favorit yang bikin kangen kampung. Kalau mau ngopi di tempat syahdu dengan view memanjakan mata namun tidak jauh dari kota, bisa banget nih singgah ke The Gege ya!